MODERASI AGAMA DI MASA PANDEMI COVID 19
Assalamu 'Alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Sebagaimana telah kita ketahui pandemi
covid 19 telah mewabah di Indonesia pada pertengahan maret 2020, dan jumlah
kasus positif setiap hari semakin bertambah, hal ini dikarenakan banyaknya
masyarakat yang kurang mematuhi protokol kesehatan selama masa pandemi.
Kita juga mengetahui penularan virus ini bisa dikatakan cukup mudah, dan beberapa kasus sesorang yang terkena virus ini tidak menimbulkan gejala atau tanda – tanda, hal ini lah yang menyebabkan sulitnya penangan penularan virus covid 19.
Kontekstualisasi virus corona ini
sejatinya menyerupai virus lain yang juga telah menjadi pandemi internasional,
dan bahkan telah terjadi dari ribuan tahun lalu hingga sekarang ini. Jika virus
corona meyerang sistem pernafasan manusia, maka virus yang satu ini menyerang
hati manusia yang pada akhirnya menimbulkan hal negatif pada prilaku manusia
tersebut, menimbulkan kebencian, kerusakan hubungan sosial bahkan pembunuhan
skala besar. Virus ini adala Virus Radikalisme.
Hal yang mudah kita lihat dari gejala
virus ini adalah seperti banyaknya penyebaran hoax, ujaran kebencian, bulliying
dan hal lain yang sifatnya mematikan pihak tertentu. Hal inilah yang juga harus
menjadi fokus kita, selain fokus pada penyakit jasmani, kita juga harus fokus
pada penyakit rohani. Penyakit rohani ini perlu mendapat penanganan atau
pengobatan yang rutin, karena penyakin atau paham radikalisme ini bisa saja
reaktif kapan dan dimana saja.
Radikalisme menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, radikalisme berarti (1) paham atau aliran yang radikal dalam
politik, (2) paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan
sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis, (3) sikap ekstrem dalam
aliran politik (pusat Bahasa, 2008: 1512).
Adapun beberapa penyebab dari
radikalisme ini antara lain: (1)
·
Pengetahuan
agama yang tidak menyeluruh,
·
Literal
dalam memahami teks-teks agama sehingga minim dalam pemahaman esensi dari
agama,
·
Disibukkan
oleh masalah-masalah sekunder,
·
Lemah
dalam wawasan sejarah dan sosiologi,
·
Radikalisme
muncul sebagai reaksi terhadap radikalisme kaum seluler,
·
Perlawanan
terhadap ketidakadilan sosial, ekonomi dan politik di tengah masyarakat,
·
Adanya
tekanan politik terhadap eksistensinya,
·
Emosi
keagamaan, sebagai bentuk solidaritas atas saudara seiman yang tertekan,
·
Kebijakan
pemerintah yang tidak mampu memperbaiki kondisi negara, sehingga menimbulkan
frustasi dan kemarahan sebagian umat Islam.
Ditengah besarnya keragaman di
Indonesia mulai dari agama, suku, bahasa, sampai adat istiadat menyebabkan
radikalisme sangat rentan terjadi. Salah satu vaksin untuk radikalisme ini
adalah pemberian pemahaman yang lebih dalam terhadap ajaran agama dan
hubungannya dengan ideologi bangsa yaitu Pancasila. Karena dalam pancasila
mencerminkan nilai – nilai yang dapat memoderasi keberagaman di Negara kita
Indonesia.
Islam sebagai agama mayoritas juga memeganang peran penting dalam penanganan virus radikalisme ini, dengan memberikan pemahaman yang lebih jelas dan dalam mengenai ajaran Islam yang sesungguhnya sesuai dengan tuntutan Al – Qur’an dan Hadist, untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil ‘aalamiin. Sebagai mana diebutkan dalam Al-Qur’an menghormati orang lain yang memiliki perbedaan pemahaman, membongkar air tanpa alasan yang sesuai (QS. 49:12) dan melakukan tindakan yang dapat menghilangkan nyawa sesorang (QS. 05:32).
Nabi Muhammad bersabda, “Sesungguhnya
ajaran Islam itu pada dasarnya memudahkan, memberikan solusi yang melegakan,
menghargai perbedaan serta memahami keterbatasan manusia. Karena itu Nabi
Muhammad saw mengingatkan umatnya bahwa “agama itu mudah, dan tidaklah
seseorang itu mempersulit agamanya, melainkan ia sendiri yang akan kerepotan.”
(H.R. al-Bukhary, an-Nasai, dan al-Baihaqy)
Wawasan moderat diperlukan bagi seorang
Muslim agar mampu menerjemahkan Islam rahmatan lil ‘alamin sesuai tuntutan
Rasulullah SAW dan salaful shalih, serta selamat dari ajaran radikal.
Sebagai seorang Muslim, perlu sekali
adanya wawasan moderat yang baik ditengah besarnya perbedaan kita, disamping
Islam juga sebagai agama mayoritas di Indonesia. Karena itu sebisa mungkin kita
sebagai pemeluk agama Islam dalam praktik nya dapat memberikan rasa aman dan
damai untuk seluruh masyaarakat Indonesia. Berikut beberapa ciri dari sikap
moderat dalam berislam, oleh A Muchlishon Rochmar (nu.or.id).
1. Memahami realitas
Dalam
ajaran Islam ada sesuatu yang bisa dirubah ada juga yang tidak bisa dirubah,
mengikuti situasi dan kondisi lingkungan dan masyarakat pada saat itu. Jadi
kita harus benar – benar memahami bagaimana situasi yang sedang terjadi baru
kemuadian dapat mengambil keputusan yang seperi apa.
2.
Memahami
Fiqih prioritas
Umat
islam harus memahami hukum hukum yang ada dalm agama Islam seperti: wajib,
sunnah, muba, makhruh, haram, fardhu ‘ain, fardhu kifayah, memahami mana yang
dasar, mana yang pokok.
3.
Tidak
mempersulit dalam beragama
Agama
Islam itu mudah tapi jangan diermudah. Hal ini berkaitan dengan memahami
realitas, suatu hukum bisa saja terjadi disuatu objek atau subjek tapi tiddak
dengan subjek atau objek yang lain. Kembali kepada melihat kondisi yang sedang
terjadi saat itu. Seperti sebelum shalat kita diwajibkan untuk berwudhu
terlebih dahulu meggunakan air, tapi jika terjadi kondisi tidak adanya air,
sudah berusaha taoi juga tidak menemuka, atau kondisi tidak bisa menyentuh air
karena sakit misalnya, maka wudhu bisa digantikan dengan tayyamum.
4.
Memahami
teks keagamaan secara komperhensif
Perlu
dipahami antara teks satu dengan yang lain saling berkaitan, karena itu jangan
coba – coba memahami setengah – setengan atau secara tidak utuh, karena hal
tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman terhadap teks tersebut.
5.
Bersikap
toleran
6.
Dapat
menghargai pendapat yang berbeda selama tidak melewati batas penyimpangan.
Memang,
pada dasarnya karakter ajaran Islam itu moderat (wasath). Dalam beberapa
kesempatan, KH A Mustofa Bisri, ulama kharismatik Nahdlatul Ulama (NU), juga
menegaskan kalau Islam itu moderat dan kalau tidak moderat berarti itu bukan
Islam. Akan tetapi, sifat atau karakter dasar Islam yang moderat itu tertutup
oleh perilaku dan sikap sebagian umat Islam yang berlebih-lebihan (ghuluw),
baik yang radikal, yang fundamental, atau pun yang liberal. Bukankah
sebaik-baiknya urusan adalah yang pertengahan (khoriul umuri awsathuha)?”
Wallahu ‘alam.
Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/93128/enam-ciri-sikap-moderat-dalam-berislam
mantap mel materinya
BalasHapus